cari saja

home

WeLLcOme To My MiNd

BuKa.... LiHaT....BaCa.....

Selasa, 20 Maret 2012

Serangga Tomcat

Serangga yang diberi nama tomcat saat ini memang sedang naik daun. Tomcat mengingatkanku saat aku pergi menemani siswa-siswi sekolah menengah pertama mengikuti lomba paduan suara di Semarang. Aku dan rombongan sekolah menginap disebuah losmen sederhana. Mengingat kondisi keuangan yang tidak memadai untuk menyewa kamar hotel yang kira-kira butuh lebih dari 10 kamar. Sesampainya di Semarang, kami langsung menuju tempat lomba untuk gladi bersih. Setelah itu, kami berencana untuk langsung beristirahat. Memang berjalanan dari Bandung ke Semarang cukup melelahkan bagi para pejuang suara.
Sesampainya di tempat penginapan, kami langsung menuju kamar masing-masing yang telah disiapkan oleh panitia. Awalnya, nyaman-nyaman saja hingga saat hampir tengah malam. Beberapa siswa menelpon pihak panitia meminta bantuan. Ada banyak serangga di kamar begitu katanya. Pihak panitia bergegas mendatangi kamar yang di maksud dan mendapati memang banyak serangga di sana. serangga yang mirip semut dengan dua warna ditubuhnya. Tubuhnya loncong dan agak naik ke atas pada ujung belakang tubuhnya. Ternyata, tidak hanya satu kamar yang bermasalah dengan serangga tersebut. Banyak kamar yang dilaporkan ada serangga di dalamnya.
Akhirnya pihak panitia memindahkan beberapa siswa ke kamar yang baru. Keadaan terasa aman tak ada dampak dari kejadian itu. Namun, ternyata dampaknya tidak terjadi langsung saat digigit melainkan, keesokan harinya. Saat selesai pertunjukan lomba, kami langsung bertolang ke Bandung. Keesokan harinya barulah banyak siswa yang mengeluhkan rasa gatal dan kulit melepuh (hampir seperti gejala herpes). Untunglah, penanganan yang sigap dari pihak sekolah dengan mendatangkan dokter alhi kulit ke sekolah tidak memperburuk kondisi. Beberapa hari setelah pemerikasaan oleh dokter siswa-siswa sembuh dan tidak berbekas.

Senin, 19 Maret 2012

Kondisi Pengguna Jalan Raya

Suasa perkotaan yang ramai bukan hanya kerena penduduk aslinya juga karena banyaknya penduduk yang datang untuk berbagai hal. Hal itu menyebabkan kondisi yang ramai dan sangat lekat dengan kemacetan jalannya. Dari penguna jalan kaki hingga kendaraan mulai bertambah pesat saat awal penerimaan siswa atau mahasiswa baru setiap tahunnya. Bertambahnya penduduk yang datang menambah lagi problema yang ada di jalanan. Banyak plang-plang rambu-rampu atau peraturan yang dipasang dipinggir jalan untuk menghindari kemacetan atau kecelakaan lalu lintas. Namun, muncul pertanyaan apa fungsi dari plang-plang itu dipasang sebenarnya? karena hingga saat ini masih banyak sekali pelanggaran yang terjadi yang terkadang berakibat fatal.
Melihat pelanggaran yang terjadi tidak hanya karena pengguna jalan tetapi juga para aparat keamanan lalu lintas jalan atau yang sering kita sebut polantas. Pengguna jalan yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi peraturan dan rambu-rambu yang ada menyebabkan kecelakaan tak bisa dihindari. Bagi para pejalan kaki kondisi seperti itu sangatlah menakutkan, bagaimana tidak karena pejalan kaki yang hendak menyeberang harus rela menunggu beberapa menit hingga ada kendaraan yang mau memperlambat kecepatannya. Karena pengguna jalan khususnya pengendara kendaraan beroda cenderung tidak mau mengalah untuk pejalan kaki. Namun, para pejalan kaki yang masih banyak menyeberang tidak pada tempatnya, menambah buruk kondisi jalanan. Pemandangan yang dapat kita lihat lagi tidak lain adalah para gelandangan dan pengemis yang hampir dapat kita temui diperempatan atau disudut-sudut jalan menambah lagi ironisnya kondisi pengguna jalan kota sekarang ini.
Tidak adanya larangan tentang pengemis dan juga kecepatan rata-rata menyebabkan secara tidak langsung jalanan menjadi tempat yang pas untuk ajang balap liar bagi para pemakai kendaraan beroda dan sandaran hidup bagi para pengemis dan anak jalanan.
Terlihat juga peran polisi lalu lintas yang sangat kurang dalam memantau dan juga membuat jera para pengguna jalan yang melanggar rambu-rambu. Bagaimana tidak, polisi hanya diam saja dipost “bang jo” tanpa tahu bagaimana keadaan jalannya. Kalaupun ada pengguna jalan yang tertangkap basah tengah melakukan kesalahan atau pelanggaran polisi hanya mengenakan denda Rp. 20.000,00 bahkan lebih dan membebaskannya begitu saja tanpa melakakukan proses yang sesuai dengan hukum. Jika begitu bukankah tidak akan membuat para pengguna jalan jera?karena para pelanggar akan berfikir denda dengan jumlah yang tidak seberapa dengan kepuasan akan ngebut-ngebutan saat dijalanan atau yang tak lengkap surat-suratnya bahkan tidak memiliki SIM sekalipun akan bebas berkeliaran, memang ironis sekali kondisi lalu lintas jalan saat ini.
Banyak pengguna jalan yang berharap pada aparat yang berwenang untuk meningkatkan kinerjanya dalam memantau dan dalam membuat jera para pengguna jalan yang melalukan pelanggaran, jangan hanya meningkatkan “hasil kantong” saja. Karena semakin banyak pengguna jalan akan semakin padat dan ramai kondisi jalanan sehingga, perlu dilakukan pengawasan yang optimal. Dengan ditingkatkannya ketertiban bersama maka keselamatan dan kenyamanan para pengguna jalan itu sendiri akan tercapai.

Beban Berat Masyarakat

Bagi masyarakat miskin, mungkin kata layak kini semakin jelas seperti layang-layang. Terbang tinggi, tinggi, dan semakin jauh terbang. Bagimana tidak, belum lagi mereka melunasi tanggungan-tanggungan hidup kini pemerintah justru berencana menaikkan harga BBM. Entah, sudut pandang apa yang di ambil oleh pemerintah saat mengambil keputusan itu. Yang jelas, sudut pandang pemerintah dengan masyarakat miskin sangat berbeda.
Mungkin alasan masyarakat menentang rencana kenaikan BBM itu adalah timbal balik dari pemerintah tidak pernah ada. Masyarakat menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Saat masyarakat setuju akan kenaikan harga (rasanya masyarakat tidak dapat memilih, sekalipun masyarakat tidak setuju pasti akan tetap naik) seharusnya pemerintah juga menaikkan kinerjanya di kursi mewah. Memperbaiki sarana umum, kesejahteraan, dan benar-benar menjamin hak-hak dari masyarakat. Tetapi yang terjadikan sebaliknya, harga BBM naik pasti berakibat listrik naik, bahan pangan naik, dan biaya transportasi juga naik sedangkan, kinerja pemerintah semakin turun.
Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya wakil rakyat yang korupsi. Tidak adanya fasilitas umum yang layak, dan wakil rakyat yang semakin egois (hanya memperhatikan masalah pribadi dan keuntungan pribadi). Menurut saya, kasus yang banyak terjadi seperti pengerusakan, demo anarki, dan main hakim sendiri bukan sepenuhnya salah masyarakat. Mereka hanya sedang mengalami krisis kepercayaan kepada aparat dan pemerintahan ini. Banyaknya kasus yang tidak dapat di selesaikan dengan baik oleh pemerintah membuat krisis kepercayaan itu muncul didiri masyarakat. Sehingga, masyarakat akan berpikir dan berusaha mencari cara untuk menyelasikannya sendiri.
Kondisi ini akan seperti penyakit turunan. Wakil rakyat yang korupsi akan mempunyai generasi baru dalam bidang pengkorupsian, sedangkan masyarakat yang krisis kepercayaan juga akan memiliki generasi yang semakin tidak percaya akan kinerja wakil rakyat. Ilustrasinya “korupsi tidak apa-apa asal tidak ketahuan” dan generasi korupsi akan semakin banyak. “wakil rakyat saja berani membohongi masyarakat, bagaimana masyarakat bisa percaya wakil rakyat?” Maka akan banyak generasi baru yang tak percaya pada wakil rakyat.
Sudah saatnya kita bangkit bersama. Secara jujur memberantas semua masalah yang ada. Setiap masalah pasti ada solusinya. Kalau memang keputusan pemerintah sudah pasti menaikkan BBM, maka sudah selayaknya juga pemerintah menaikkan kinerjanya. Jangan hanya menikmati hasil gaji buta. Pemerintah dan masyarakat menjalankan perannya secara benar.

Entri Populer